Agama Yang Dianut Dharma Pongrekun
Orang-orang dari suku Quraisy menganut agama yang berasal dari nenek moyang mereka sebelum datangnya Islam. Termasuk Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW.
Abdul Muthalib adalah kakek Nabi Muhammad SAW dari jalur ayah. Dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam dikatakan, Abdul Muthalib bin Hasyim dan istrinya, Fathimah binti Amr, memiliki anak yang bernama Abdullah. Abdullah bin Abdul Muthalib menikah dengan Aminah binti Wahb dan memiliki putra Nabi Muhammad SAW.
Sejarah mencatat, sosok Abdul Muthalib amat dihormati di kalangan Quraisy. Ia menjadi tempat kembalinya berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat pada saat itu, sebagaimana diceritakan dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya Moenawar Chalil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada masa itu, orang-orang Quraisy menganut agama yang berasal dari nenek moyang mereka.
Hadits tentang Agama Abdul Muthalib
Dalam kitab Shahih Muslim terdapat hadits yang menceritakan tentang paman Nabi Muhammad SAW, Abu Thalib, yang tetap mengikuti agama Abdul Muthalib hingga akhir hayatnya. Hadits ini yang diriwayatkan dari Sa'id ibnul Musayyab, dari ayahnya.
Ia menceritakan, ketika Abu Thalib menjelang ajal, Rasulullah mendatanginya. Lalu, beliau dapati Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah ibnul-Mughirah di sisi Abu Thalib. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
"Wahai paman! Ucapkanlah laa ilaaha illallaah, sebuah perkataan yang aku persaksikan untukmu di sisi Allah."
Maka, Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah mengatakan, "Hai Abu Thalib! Apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?"
Rasulullah senantiasa menyodorkan ucapan laa ilaaha illallaah kepada Abu Thalib dan mengulang-ulangnya. Sehingga, Abu Thalib mengatakan di akhir ucapannya kepada mereka bahwa (Abu Thalib) tetap menganut agama Abdul Muthalib. Abu Thalib enggan mengucapkan laa ilaaha illallaah.
Rasulullah mengatakan, "Demi Allah, aku akan memintakan ampunan untukmu selama tidak dilarang."
Ada 10 agama besar di dunia. Secara keseluruhan, agama terbesar itu mengajarkan kepercayaan pada kekuatan yang lebih tinggi, baik itu spiritualitas, alam, dan Tuhan.
Dilansir detikTravel Rabu (30/8/2023), ternyata bukan Islam yang menjadi agama dengan pengikut terbanyak di dunia. Mengutip World Atlas, Krister menjadi agama dengan pengikut terbanyak di dunia.
Berikut Ini 10 Agama dengan Pengikut Terbanyak di Dunia
Kristen adalah agama yang memiliki lebih dari 2 miliar pengikut di dunia, atau sekitar 30% populasi global. Meskipun ada perbedaan mencolok antara Protestan, Katolik, dan Ortodoks, inti kepercayaannya berkisar pada sosok Yesus.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai agama Abrahamik, umat Kristen mengaku percaya pada satu tuhan, yang mewakili dirinya melalui tiga identitas yakni Yesus, Roh Kudus, dan Tuhan Bapa.
Aspek penting lainnya adalah kematian dan kebangkitan Yesus, di mana umat manusia diizinkan untuk bertobat dari semua kesalahan, dan akhirnya menghabiskan akhirat bersama Tuhan tercinta mereka.
Diperkirakan ada sekitar 1,8 miliar umat Islam di seluruh dunia. Negara yang memiliki jumlah umat Islam terbanyak di dunia adalah Indonesia, kemudian diikuti Pakistan dan India.
Dua aliran paling besar dalam Islam adalah sunni dan syiah. Penelitian pada abad ke-21 menunjukkan bahwa Islam adalah agama besar dengan pertumbuhan tercepat di dunia, alasannya karena umat Islam memiliki lebih banyak anak dibandingkan kelompok agama besar lainnya.
Agama Hindu ternyata menjadi yang ketiga terbesar di seluruh dunia. Asal muasal agama Hindu, yang memiliki 1,1 miliar pengikut, sulit dijabarkan, karena bermula dari penggabungan berbagai kepercayaan.
Resmi terbentuk antara tahun 2300 SM. dan 1500 SM, Lembah Indus dekat Pakistan modern adalah lokasi pertama kali berkembangnya agama ini.
Biasanya dianggap sebagai 'agama dengan 330 juta dewa', mayoritas umat Hindu hanya menyembah satu dewa, meskipun mereka menerima keberadaan dewa lain.
Buddha dianut sekitar 500 juta orang di seluruh dunia. China memiliki jumlah umat Buddha paling banyak di dunia mencapai 244 juta. Selanjutnya adalah Thailand dengan 64,4 juta dan Jepang sebanyak 45,8 juta.
Tujuan agama ini adalah mencapai pencerahan yang disebut Nirwana, melalui meditasi, kebaikan, dan kerja keras.
Shinto, agama yang berasal dari Jepang, tidak memiliki doktrin atau cerita asal usul yang pasti. Sederhananya, kepercayaan Shinto condong pada konsep personifikasi.
Dengan 104 juta pengikut, Shinto berfokus pada leluhur dan alam.
Kepercayaan ini relatif baru dibandingkan dengan banyak agama lain, namun memiliki penganut sebanyak 25 juta orang. Sikhisme lahir di India pada 1500-an M dari ajaran Guru Nanak dan sembilan penerusnya.
Saat ini, pengikutnya berorganisasi untuk mempromosikan prinsip-prinsip egaliter universal dan percaya bahwa semua agama pada akhirnya menyembah Tuhan yang tunggal. Contoh terkenal dari pola pikir ini adalah kecenderungan kuil Sikh untuk memiliki dapur komunitas yang didedikasikan untuk menyajikan makanan kepada siapa pun, secara gratis.
Agama monoteistik ini muncul di Timur Tengah sekitar abad ke-8 SM. Saat ini Yudaisme diperkirakan memiliki 14 juta pemeluk. Saat ini terdiri dari tiga cabang utama yakni, Yudaisme Ortodoks, Yudaisme Konservatif, dan Yudaisme Reformasi.
Taoisme adalah serangkaian prinsip dan aksioma yang berupaya membimbing pengikutnya menuju keseimbangan. Taoisme berkembang di Cina sejak lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Jumlah pemeluknya sudah mencapai 12 juta pengikut.
Konfusianisme memiliki dampak yang besar dalam kehidupan, struktur sosial, dan filsafat politik bangsa China. Agama ini didirikan oleh Konfusius, yang lahir pada tahun 500 SM.
Konfusianisme memfokuskan pengajarannya pada perilaku moral dan kehidupan yang beretika. Karena itu, Konfusianisme lebih sering dipandang sebagai sistem etika, bukan agama. Ajarannya lebih menekankan soal kehidupan duniawi, bukan surgawi. Agama tersebut saat ini memiliki lebih dari 6 juta pengikut.
Sebagai wadah perpaduan banyak agama terbesar di dunia, Caodaisme adalah agama baru yang berasal dari tahun 1921.
Penganutnya menganut ajaran inti yang mengajarkan keharmonisan, kesatuan dengan dewa monoteistik, reinkarnasi, dan anti-materialisme. Selain hubungannya dengan agama Buddha, Konfusianisme, dan Taoisme, Caodaisme menegaskan keberadaan beberapa roh pencipta serta setan yang dipimpin oleh makhluk yang mirip dengan setan.
Cao Dai dibentuk oleh Ngo Van Chieu, yang mengaku telah menerima pesan dari sosok dewa yang dikenal sebagai Supreme Being selama pemanggilan arwah. Data terakhir mencatat, pemeluknya mencapai 4,4 juta orang.
Itulah 10 agama dengan jumlah pengikut terbanyak di dunia. Semoga informasinya bermanfaat ya detikers!
He llevado el Curso Taller Virtual de MS Project 2013 en Dharma Consulting y estoy muy satisfecho con la modalidad, contenido y, sobre todo, la atención de los profesores y personal técnico y administrativo. También debo comentar que en los otros Cursos que he llevado en Dharma (como los de Gestión de Proyectos y Habilidades Blandas) he experimentado el mismo grado de satisfacción. Muy recomendable para actualizar los conocimientos, así como para ampliar o complementar los mismos
Kama adalah dewa. Dewa Kama tidak memiliki tubuh. Karena itu ia disebut Anangga. A berarti tidak. Angga berarti tubuh. Tanpa tubuh, maka ia tidak kelihatan. Dalam bahasa sekarang ia adalah energi. Energi Kama mengembara ke sana ke mari di alam bebas. Tujuannya mencari tubuh untuk dimasukinya. Pada waktunya, tubuh yang dicari ditemukannya. Kama masuk ke dalam tubuh melalui pandangan mata. Caranya masuk sangat rahasia sehingga tidak terdeteksi. Mula-mula ia hinggap di ujung pandangan [tungtunging panon]. Lalu bergerak melalui tengah pandangan menuju pangkal pandangan [bungkahing panon]. Selanjutnya ia menetap di anak-anakan mata. Wujudnya seperti bayangan anak kecil.
Nama lain dari Kama adalah Smara. Itulah sebabnya kedua mata dinamakan Smaralaya. Selama di Smaralaya status Kama masih sebagai Dewa. Ia diasuh oleh dewa atasannya, yaitu Indra. Dewa pengasuh itu tinggal di pertengahan mata kanan dan mata kiri. Itulah sebabnya pertengahan kedua mata disebut Indra Bhawana. Bagaimana cara dari Smaralaya menuju Indra Bhawana? Kedua ujung pandangan dipertemukan. Begitulah caranya. Bagaimana cara dari Indra Bhawana kembali ke Smaralaya? Kedua ujung pandangan dipisahkan.
Dari Smaralaya Kama turun ke Taman Bagenda. Maksudnya, dari mata turun ke hati. Hati adalah teritori Dewa Brahma. Di sana ada sebuah taman sangat indah. Namanya taman Bagenda. Di tengah taman itu Kama menikmati keindahan rasa cinta. Karena bercampur dengan rasa cinta, maka kualitas dewanya merosot menjadi kualitas manusia. Para sastrawan melukiskan keindahan cinta dengan berbagai ekspresi. Salah satu ekspresi yang tidak umum, rasa cinta disamakan dengan rasa “sakit yang indah”.
Kama turun lagi dari hati ke bawah pusar. Di bawah pusar kualitasnya turun lagi menjadi bhuta. Wujudnya semakin nyata. Warnanya semakin jelas. Hawanya panas. Ketika di bawah pusar laki-laki, ia berwarna putih. Karena itu ia dinamakan Kama Petak. Petak artinya putih. Sedangkan ketika di bawah pusar perempuan ia berwarna merah. Karena itu ia disebut Kama Bang. Bang artinya merah.
Karena asal mulanya adalah satu, maka keduanya saling merindukan pertemuan. Karena melalui pertemuan itulah mereka berdua akan kembali menjadi satu. Menurut para sastrawan, kerinduan Kama itu sangat dahsyat. Dahsyatnya kerinduan itu dilukiskan dengan berbagai cara. Menurut Mpu Dharmaja, pengarang Smaradhahana, Dewa Shiwa sendiri tidak sanggup menahan dahsyatnya kerinduan itu.
Pertemuan Kama Petak dan Kama Bang adalah dasar penciptaan manusia. Ada banyak versi cerita tentang pertemuan keduanya. Salah satu versi menyebutkan seperti berikut ini. Kama Petak merindukan pertemuan dengan Kama Bang. Kerinduan itu menyebabkan Kama Petak ke luar dari tempat pertapaannya. Tujuannya meninggalkan tempat pertapaan adalah mencari jalan agar bisa mendekat ke Kama Bang. Tujuannya mendekat ke Kama Bang tidak lain untuk bercampur dengannya. Tujuannya bercampur adalah untuk melebur kerinduannya dan sekaligus melebur dirinya sendiri. Versi cerita ini menggarisbawahi bahwa Kama Petak adalah pelaku sesungguhnya.
Versi lain begini. Kama Petak tidak menyadari dirinya ditarik oleh kekuatan maya yang ada di dalam diri Kama Bang. Jadi, pelaku sesungguhnya adalah Kama Bang. Ia menebar jaring maya ke segala penjuru mata angin. Jaring itu halus, tidak kelihatan, dan rahasia. Dalam tradisi jaring itu disebut jaring sutra. Tujuan jaring itu ditebarkan tiada lain untuk menjerat Kama Petak. Jeratan itu ternyata berhasil. Lilitan jaring maya itu menyebabkan Kama Petak mengalami sakit yang tidak ada obatnya, kecuali bercampur dengan si penebar jaring. Sepintas lalu kelihatan Kama Petak yang merindukan Kama Bang. Sesungguhnya ia yang dirindukan. Kelihatannya Kama Petak yang mencari Kama Bang. Sebenarnya ia yang dinantikan. Semua itu aktor intelektualnya adalah Kama Bang. Semua itu dilakukannya, karena didorong naluri alamiah mengembangbiakkan diri. Demi pemenuhan naluri purba itu, ia harus dimasuki oleh Kama Petak. Agar Kama Petak datang memasukinya, maka ia menebar jaring sutra. Versi ini memberitahu kita bahwa pelaku sesungguhnya adalah Kama Bang.Yang mana versi benar menurut tattwanya? Tidak mudah memutuskan benar salahnya. Karena tattwa yang ada juga berlapis-lapis. Konflik Kama Petak dengan Kama Bang menurut tattwanya adalah konflik penciptaan. Menurut teori penciptaan Samkhya, maya selalu berusaha memasuki purusha. Maya diartikan ketidaksadaran. Purusha diartikan kesadaran. Dengan lain perkataan, ketidaksadaran itulah yang selalu berusaha memasuki kesadaran. Semakin jauh ketidaksadaran itu memasuki purusha, maka semakin menurun kualitas kesadaran itu. Jadi menurut pandangan Samkhya, ketidaksadaran atau maya adalah pelaku sesungguhnya. Maya ada di dalam Kama Petak dan Kama Bang. Seperti disebutkan sebelumnya, pada mulanya Kama adalah dewa. Dari dewa ia berubah menjadi manusia. Pada akhirnya Kama adalah bhuta. Status bhuta yang disandang keduanya menunjukkan mereka adalah maya. Jadi, pelaku sesungguhnya adalah maya.
Tidak perlu diperpanjang siapa pelaku siapa korban, atau siapa aktif dan siapa pasif. Lebih baik kita bicarakan apa yang terjadi setelah keduanya bertemu, dan apa pula hasil dari pertemuan itu. Singkat cerita, terjadilah pertemuan antara yang merindukan dengan yang dirindukan. Terjadilah pergulatan antara yang memasuki dengan yang dimasuki. Pergumulan berlangsung sedemikian indahnya. Ada sastrawan melukiskannya seperti ombak menabrak-nabrakkan dirinya pada batu karang. Ombak pecah, batu karang bolong. Keduanya lebur dalam upacara yang entah apa namanya. Bunyi ombak adalah mantranya. Uap yang membubung adalah asap du- panya. Jeritan burung camar adalah kidungnya.
Sastrawan yang lain menggambarkan Kama Bang seperti bunga yang mekar oleh musim. Bunga itu membuka kelopaknya satu persatu sehingga siap dimasuki celah-celahnya. Terbuka untuk disentuh sisi-sisinya. Leluasa untuk diendus bau-baunya. Menganga untuk diisap serbuk-serbuknya. Sedangkan Kama Petak seperti air hujan yang turun deras dari langit menyusup ke dalam tanah. Begitulah Kama Petak masuk ke dalam diri Kama Bang. Berlomba-lomba Kama Bang dan Kama Petak melepaskan warna masing-masing. Yang berwarna putih memberikan warnanya pada yang merah. Yang berwarna merah mencampurkan warnanya dengan yang putih. Percampuran kedua warna pun terjadi entah dipandu oleh apa atau siapa. Maka terciptalah warna yang baru. Dadu.
Dadu adalah warna dari persatuan Kama Petak dengan Kama Bang. Karena berwarna dadu, maka hasil persatuan keduanya dinamakan Kama Dadu. Istilah lainnya adalah Smara Dadu. Statusnya tetap bhuta. Wujudnya adalah gumpalan darah yang mengental. Tempat tinggalnya di rumah Kama Bang. Kama Dadu itulah yang kemudian berevolusi menjadi tubuh manusia. Ada kepala, ada dada, ada kaki, lengkap dengan lubang-lubang dan bulu-bulunya. Itulah asal diri kita. Pada mulanya warna kita adalah dadu. Namun demikian, warna dadu tidaklah sesederhana itu. Cerita di atas baru sekelumit kecil dari kedaduan kita.
Apakah warna dadu hanya berhubungan dengan Kama? Jawabannya ternyata tidak! Ada dadu yang berhubungan dengan dewa. Penjelasannya terdapat di dalam konsep Padma Mandala. Yang dimaksud Padma Mandala, bahwa jagat ini dibayangkan seperti bunga teratai mekar. Kelopak teratai yang mekar itu menunjuk ke seluruh penjuru mata angin. Konsep Padma Mandala diterapkan baik di bhuwana agung maupun di bhuwana alit.
Seperti berikut ini kalau di bhuwana agung. Timur tempat matahari terbit dihubungkan dengan warna putih. Dewanya adalah Ishwara. Selatan sebagai kirinya bhuwana agung dihubungkan dengan warna merah. Dewanya adalah Brahma. Kalau Ishwara berjalan dari timur menuju selatan, dan pada waktu bersamaan Brahma juga berjalan dari selatan menuju timur, maka kedua dewa itu akan berpapasan di satu titik yang bernama tenggara. Karena Ishwara membawa serta warna putihnya, dan Brahma membawa warna merahnya, maka terjadilah percampuran warna di tenggara. Putih bercampur dengan merah menjadi dadu. Jadi, warna tenggara adalah dadu.
Kalau di bhuwana alit, seperti berikut ini keterangannya. Putih adalah warna yang dihubungkan dengan jantung. Dalam pandangan mistis, jantung menempati posisi timur. Dewanya adalah Ishwara. Merah adalah warna yang dihubungkan dengan hati. Dalam pandangan mistis, hati menempati posisi selatan. Dewanya adalah Brahma. Kalau Ishwara yang berwarna putih bergerak dari jantung menuju hati, dan bersamaan dengan itu Brahma yang berwarna merah bergerak dari hati menuju jantung, maka kedua dewa itu akan berpapasan di paru-paru. Maka akan terjadi percampuran warna putih dengan warna merah di paru-paru. Warna hasil percampuran itulah kemudian menjadi warna paru-paru. Warna paru-paru dengan demikian adalah dadu. Bisa pula dikatakan warna paru-paru adalah putih kemerah-merahan, atau merah keputih-putihan. Dalam pandangan mistis, paru-paru ada di tenggara. Di sana ada dewa berwarna dadu. Dewa itu bergelar Maheshora.
Seperti itulah penjelasan sederhananya. Ada penjelasan yang tidak sederhana. Seperti berikut ini. Kalau jantung disebut padma petak atau tunjung putih, dan hati dinamakan padma bang atau tunjung merah, maka menurut sumbernya paru-paru bukannya disebut padma dadu, melainkan dinamakan puspa tan alum. Puspa berarti bunga. Tan berarti tidak. Alum berarti mekar. Jadi, dengan demikian, paru-paru adalah sekuntum bunga yang tidak mekar. Kalau jantung adalah padma putih yang mekar, dan hati adalah padma merah yang mekar, maka paru-paru adalah bunga yang tidak mekar.
Mengapa paru-paru dikatakan bunga tidak mekar? Apa hubungan Kama Dadu yang ada di bawah pusar dengan Dewa Dadu yang ada di paru-paru? Jawaban dari dua pertanyaan itulah yang tidak sederhana. Tidak sederhana untuk dipahami. Tidak sederhana untuk dituliskan. Barangkali lain kali.
Oleh: IBM Dharma PalgunaSource: Media Hindu, Edisi 170, April 2018
Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa.[2] Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini lahir.[2] Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama.[2] Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.[2] Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan Majapahit.[2] Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18, nenek moyang Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja.[2]
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi[3], maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura.[2] Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya.[2] Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS(Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel(paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.
Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.
Berdasarkan surat yang ditujukan kepada STIKes Dharma Husada Bandung, PT ETOS BAKTINUSA, yang bergerak dibidang jasa pengendalian hama pemukiman, menawarkan lowongan pekerjaan bagi alumni STIKes Dharma Husada Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat (Jurusan Kesehatan Lingkungan), untuk posisi Manager Operasional, dengan kualifikasi sebagai berikut : Pria / Wanita, usia 21 –...
Agama yang Dianut Abdul Muthalib
Agama yang dianut Abdul Muthalib adalah agama Hanif, sebagaimana diterangkan dalam buku Berislam di Era Milenial karya Khoirul Anwar. Agama Hanif dibawa oleh Nabi Ibrahim AS. Agama ini mengajarkan ketauhidan atau mempercayai Tuhan Yang Esa.
Buya Hamka menjelaskan dalam Tafsir al-Azhar, agama Hanif yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS adalah celupan asli Allah SWT, yaitu fitrah manusia, ketauhidan yang sejati.
"Agama Hanif itulah celupan Allah yang sejati, pakaian sejak mulai membuka mata menghadapi hidup sampai menutup mata meninggalkan dunia," jelas Buya Hamka.
Menurut buku Quraisy min al-Qabiilah ila ad-Daulah al-Markaziyyah karya Khalil Abdul Karim, agama Hanif telah ada jauh sebelum menjelang munculnya Islam. Salah satu bukti yang menunjukkan hal ini adalah Ka'ab bin Luai bin Ghali, salah satu kakek Nabi Muhammad SAW, dikelompokkan oleh para peneliti dalam golongan para Hanif (al-Ahnaf).
Sayid Abdul Aziz Salim mengatakan dalam Dirasat fi Tarikh al-Arab Qabla al-Islam, "Ka'ab bin Luai, salah satu kakek Nabi, adalah seorang penganut agama Hanif."
Meskipun bukan penganut agama Yahudi, namun keseharian Abdul Muthalib tak lepas dari pengaruh Yahudi, baik dalam pandangan hidup maupun tradisi-tradisinya, sebagaimana dikatakan Khoirul Anwar dalam buku Bintang Daud di Jazirah Arab.